Gelar Simposium, Program Pascasarjana Terangkan Pentingnya Penerapan HOTS di Era Millenial

UNIKAMA – Program Pascasarjana Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) gelar Simposium yang dihadiri oleh 50 peserta.

Alumni Pascasarjana IPS ini banyak sekali yang sudah menjadi Kepala Sekolah, Dosen, maupun Narasumber Nasional. Dari kesuksesan tersebut Pascasarjana ingin mengumpulkan para alumni untuk menjalin silaturahmi sekaligus bertukar pikiran atau sharing terkait HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Seperti yang diungkapkan oleh Direktur Program Pascasarjana Dr. Endah Andayani, S.Pd, M.M bahwa kegiatan ini selalu digelar setiap tahunnya agar alumni Pascasarjana bisa bersilaturahmi.

“Awalnya tujuan kami mengadakan kegiatan simposium ini ialah untuk silaturahmi. Tetapi, pihak dari alumni menyarankan agar ada sharing ilmu antar alumni supaya pertemuan ini bisa bermanfaat bagi semuanya,” ungkapnya saat ditemui disela-sela kegiatan, Jum’at (13/03/2020).

Akhirnya dipilihlah tema HOTS, mayoritas alumni yang bekerja di Bidang Pendidikan ini sangat antusias saat mengikuti kegiatan.

“Dengan adanya simposium ini alumni bisa memahami apa itu HOTS bagaimana cara mengaplikasikan ke dalam proses mengajar dan belajar serta pengelolaan kelas dan kompetensi siswa,” jelasnya.

Direktur Pascasarjana ini juga menerangkan bahwa pihaknya sudah membuat Forum Komunikasi Alumni (FKA) sebagai Program Kerja (Proker) dalam satu tahun kedepan. Pascasarjana berkomitmen akan rutin mengumpulkan alumni dan memberikan bekal soft skill yang sesuai dengan kemajuan zaman.

Sementara itu, Sulistyowati, M.Pd selaku Narasumber Nasional yang juga alumni Pascasarjana memberikan penjelasan bahwa anak zaman sekarang mudah bosan dan stres saat menghadapi pelajaran yang dirasa susah untuk dimengerti.

“Karakter anak zaman sekarang ini tidak mudah ditebak, sulit untuk para guru memamahami karakternya. Oleh karena itu, sebagai guru kita harus berusaha mengubah sistem pembelajaran. Tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga menjadi fasilitator, pendamping, dan pembimbing untuk mereka,” ujarnya.

Jika dilihat dari karakternya, anak zaman sekarang sangat suka sekali mencurahkan hati kepada teman sebayanya atau bisa dikatakan curhat. Maka dari itu, guru dituntut untuk lebih banyak mendengar dan melihat, serta menjadi pendengar yang baik agar bisa memahami karakter siswanya.

“Sudah bukan waktunya lagi guru memberikan PR kepada siswa yang hanya berisikan soal lalu siswa menjawab. Tetapi, PR tersebut haruslah bersifat konstektual agar siswa belajar memahami suatu permasalahan dari soal yang diberikan,” tambah Sulistyowati.

Itulah pentingnya mengetahui bagaimana cara pengimplementasian HOTS sendiri di era millenial ini. Agar sasarannya tepat dan manfaatnya juga bisa dirasakan oleh para siswa.