Kopi Biji Salak Inovasi Unikama Jadi Andalan

Pasalnya, hasil panen yang mereka peroleh masih sangat minim. Apalagi saat panen raya, harga salak juga terjun bebas, “Biasanya harga per kilo tembus Rp 5.000.

Lima tahun terakhir ini hanya mampu terjual sekitar Rp 1.000 sampai Rp 2.000,” kata Kepala Desa Suwaru Tedjo Sampurno. Namun,
kondisi yang ada saat ini sudah sedikit berbeda. Beberapa bulan yang lalu, warga Desa Suwaru mendapatkan pelatihan langsung pengolahan buah salak menjadi beberapa produk dari dosen Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama).
Masyarakat Suwaru yang dahulu hanya menjual buah, kini mulai berani menjual olahan salak. “Ada macam-macam itu. Kemasannya juga bagus,” kata Tedjo.
Hingga saat ini, lanjut Tedjo sudah ada sekitar 30 warganya yang membuat produk makanan olahan buah salak.

Jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah mengingat potensi produk makanan olahan tersebut juga sangat baik.

Ketua lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (LPPM) Unikama Drs. Sudiyono, MPd mengatakan, pelatihan yang diadakan berjalan sejak 3 bulan.
Terhitung mulai Mei hingga Juni 2015. Warga diajari membuat 9 jenis makanan olahan berbahan dasar buah salak.
Yaitu kopi biji salak, brownies salak, selai salak, asinan salak, manisan salak, kue kering, keripik, sirup dan sari buah salak.
“Kopi biji salak itu yang tadinya limbah ternyata bisa kita manfaatkan,” kata Sudiyono saat kunjungan KKN mahasiswa di Desa Suwaru, Kecamatan Pagelaran, kemarin.
Dalam kunjungan tersebut, Sudiyono juga didampingi Ketua Yayasan Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi PGRI (PPLP PT PGRI)
Drs. H. Sudjai, pendiri Unikama Drs. Sunarto Dd, Wakil Rektor II Unikama Dr. Endi Sarwoko, MM, Wakil Dekan EKIP Drs. Iskandar Lamaday, M,Pd dan
Kahumas Unikama Mirza Suharto, MPd. Ada tiga desa yang dikunjungi, antara lain Desa Panggungrejo Kecamatan Gondanglegi serta Desa Suwaru dan Pagelaran Kecamatan Pagelaran.
Lebih lanjut, Sudiyono menyatakan LPPM Unikama akan mengawal produk olahan tersebut hingga nantinya warga benar-benar mandiri.
Baik dalam pengolahan produk maupun pemasaran produk. Karena saat ini sudah banyak warga yang tahu cara mengolah buah salak.
Konsentrasi Unikama tertuju pada bagaimana mengembangkan kemasan dan pemasaran produk.
“Kami juga berharap kepada mahasiswa kami yang KKN di sini bisa mengeluarkan ide-idenya agar pemasaran produi ini bisa berjalan lebih baik,” tuturnya.
Untuk sementara, produk makanan olahan ini dipasarkan di sekitar Kecamatan Pagelaran.
Ke depan, pihaknya berharap bisa tembus luar kota atau bahkan bisa sampai dipasarkan secara nasional. “Produk kopi biji salak ini yang akan segera kami patenkan.
Agar menjadi produksi khas Pagelaran,” tutupnya. (rama)