Mahasiswa Unikama Ubah Mindset Masyarakat Pedesaan

UNIKAMA – Era sekarang Kuliah Kerja Nyata (KKN) berbeda dengan era jaman 80-70 an. Jaman dulu mahasiswa KKN membawa berbagai benda nyata yang akan habis dalam sekejab, namun kini mahasiswa justru dituntut untuk meninggalkan legacy ataupun warisan berharga yang bisa diteruskan kedepan di desa tujuan KKN.

Rektor Unikama, Dr. Pieter Sahertian, M.Si menyampaikan saat melepas 1.500 mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) ke tiga kecamatan di Kabupaten Malang. Tiga kecamatan itu adalah Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo, dan Sumbermanjing Wetan, yang ada di Malang bagian Selatan.

Pola KKN mahasiswa di tahun sekarang dengan KKN circa tahun 1970 an berbeda. Ia mengatakan rata-rata desa sekarang banyak yang sudah maju. “Maka dari itu mahasiswa sekarang harus mampu memberdayakan, penekanannya harus bagaimana memberdayakan masyarakat sekitar agar menghasilkan sesuatu yang berharga,” tuturnya.

Mahasiswa harus mampu berkontribusi memberikan warisan baik yang bisa diteruskan dari masa ke masa, utamanya pemberdayaan masyarakat atau SDM di desa terkait. “Kalau dulu kan mahasiswa justru bertanya apa yang dibutuhkan desa, kalau sekarang harus apa yang bisa kita lakukan dengan segala potensi yang kami miliki, pengetahuan, keterampilan,” pesen Pieter.

Pemilihan tiga Kecamatan di Kabupaten Malang ini bukannya tanpa alasan. Ia menyebut para koordinator KKN sebelumnya sudah meninjau beberapa lokasi untuk indentifikasi permasalahan yang dimungkinkan ada di lapangan.

“Dari kebutuhan itu yang akhirnya diwujudkan dalam program kerja, yakni pengabdian masyarakat berbentuk KKN ini,” tegasnya.

Dengan demikian, mahasiswa harus mampu merubah mindset masyarakat yang menyesuaikan dengan kondisi terkini. SDM di desa yang akhirnya mampu mengikuti apa ide-ide baik para akademisi dalam hal ini mahasiswa, jadi output utama KKN ini.

“Baik SDM maupun Sumber Daya Alam yang belum bisa dikelola dengan baik. Mahasiswa akan membawa pengetahuan dan ketrampilan yang harus ditularkan kepada masyarakat desa, karena mungkin masyarakat desa ada yang belum sadar ada SDA yang ternyata malah bisa dimanfaatkan dengan baik di desa tersebut,” kata pria berkacamata ini.