Menkominfo RI Jadi Keynote Speaker Webinar Nasional Unikama

Unikama – Webinar Nasional yang dilaksanakan oleh Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) untuk memberikan solusi terbaik pembelajaran di era new normal khususnya bagi perguruan tinggi, kemarin (29/08/2020) mendatangkan narasumber dari berbagai unsur.

Acara ini menghadirkan Menteri Komunikasi dan Informasi RI (Menkominfo) Johnny G. Plate, S.E sebagai Keynote Speaker, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D., IPM, ASEAN Eng., Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud RI yang diwakili oleh Prof. Aris Junadi, Kepala LLDikti wilayah 7 Jatim Prof. Dr. Ir. Soeprapto, DEA, Komisaris Independen PT Telkom Tbk Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, Anggota Komisaris X DPR RI Dr. Andreas Hugo Pareira, M.A yang saat acara berhalangan hadir, serta Arief Suditomo, S.H., M.A selaku pemimpin redaksi Metro TV.

Peserta dalam acara Webinar Nasional ini tidak hanya diperuntukkan untuk dosen, mahasiswa dan praktisi, tetapi juga untuk masyarakat umum. Acara yang sukses digelar ini, diikuti lebih kurang 500 peserta tidak hanya dari Indonesia tetapi juga ada yang dari Timor Leste.

Johnny G. Plate, S.E Menteri Komunikasi dan Informasi RI yang menjadi keynote speaker dalam Webinar Nasional kali ini menyampaikan tentang kebijakan pentahelix dalam memajukan pendidikan di era new normal terutama dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

“Covid-19 memang memiliki dampak yang begitu luar biasa dalam segala aspek, tetapi Covid-19 juga memberikan dampak positif yaitu mendorong akselerasi transformasi digital. Pemerintah meminta kita semua menanggapi pandemi ini secara optimistik,” ungkapnya.

Adanya transformasi ini membuat masyarakat lebih memanfaatkan ruang digital untuk mengerjakan segala sesuatunya. Saat ini, Indonesia sedang beradaptasi dengan adanya perubahan tersebut. Khususnya, di bidang pendidikan yang saat ini menggunakan pembelajaran Daring atau PJJ yang harus memenuhi persyaratan tertentu salah satunya jaringan.

“Kominfo menyediakan ruang dan peluang untuk beradaptasi dengan new normal era, yang tentunya bertugas untuk memastikan Development ICT Infrastructure diseluruh wilayah tanah air,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan ICT Infrastructure yang sudah terbangun di Indonesia yang pertama pergelaran backbone pager optik oleh pemerintah melalui BLU Bakti maupun mitra pemerintah operator seluler yang dikenal dengan palaparing dengan total panjang 348 kilometer digelar di darat dan didasar laut seluruh Indonesia. Itu sudah termasuk 12 ribu yang dinamakan palaparing, itupun belum cukup untuk Indonesia.

“Kominfo telah menyiapkan program melalui blending financing antara APBN, PNBP dan Universal Service Obligation untuk dilakukan tahun 2021 dan menyelesaikan seluruhnya pada tahun 2022 termasuk wilayah NTT 348 BTS,” tambahnya.

Jadi, Kominfo saat ini fokus dalam pembangunan ICT Infrastructure guna mendukung pembelajaran blandid learning atau PJJ. Tidak hanya di dunia pendidikan tetapi juga di seluruh sektor.

Sementara itu, pemikiran lain dari sisi akademisi disampaikan oleh Kepala LLDIKTI Wilayah 7 Jawa Timur Prof. Dr. Ir. Soeprapto, DEA yang juga menjadi pemateri dalam Webinar Nasional kali ini, menerangkan tentang meningkatkan akses pembelajaran melalui kolaborasi pentahelix.

“Sudah semestinya perguruan tinggi bersinergi dengan dunia perindustrian, fokus dalam pembentukan outcome sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan melibatkan industri serta dunia usaha dalam penyusunan kurikulum,” paparnya.

Apa yang dibutuhkan dunia industri berbeda dengan yang dihasilkan perguruan tinggi, jika link and match tidak di kontekstualkan melalui pendidikan tinggi. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pentahelix maupun triplehelix dalam kampus merdeka memerlukan gotong royong antara pelaku pendidikan dengan penerima manfaat pendidikan dalam hal ini yakni bidang industri.

Disisi lain, ia juga membahas sedikit tentang permasalahan yang ditemui saat pengimplementasian PJJ yang sedang terjadi saat ini.

“Banyak sekali keluhan sulitnya sistem pembelajaran di masa pandemi Covid-19, keluhan tentang jaringan dan akses internet masih sulit di daerah tertentu. Tentu saja ini menjadi fokus pemerintah agar menemukan solusi salah satunya diperlukan sarana Base Transceiver Station (BTS) Mobile dan Tablet karya anak bangsa,” terangnya.

Sarana seperti itu dikhususkan untuk wilayah rural atau yang sulit di jangkau dengan akses internet. Biasanya penggunaan sarana karya anak bangsa akan lebih terjangkau dari segi pembiayaan.

Acara ini sukses digelar dengan dipandu moderator Dr. Enike Dwi Kusumawati, S.Pt., MP, yang menjabat Dekan Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang.