Pamerkan Hasil Jepretan Ala Flatlay

UNIKAMA – Dibalik berbagai wisata eksotis yang bertebaran di instagram, Malang memiliki sisi humanis yang sanggup berbicara bahkan dalam suatu tangkapan gambar. Sisi lain dari gemerlap kota Malang  yang tidak banyak diketahui orang, berhasil ditangkap dengan apik oleh lensa delapan mahasiswa UKM Himpunan Mahasiswa Jurnalistik dan Fotografi (HMJF) Universitas kanjuruhan Malang (Unikama).

Delapan mahasiswa semester dua tersebut memamerkan karyanya di Art Center Dewan Kesenian Malang kemarin. Bertema Story Teller, mereka mengangkat cerita lain di kota Malang yang sering tak terjamah kamera. Pameran diselenggarakan dalam rangka implementasi pembelajaran fotografi dan jurnalistik yang telah mereka lakoni selama kurang lebih empat bulan.

Rangkaian foto pertama menceritakan tentang suasana Malam di Jagalan oleh Tri Purwanto. Sebanyak empat buah gambar menampilkan orang-orang yang tidur di jalanan Jagalan. Ada yang bergelung dalam selimut lusuh, foto terakhir menangkap sosok anak kecil yang sedang melamun.

Kebahagiaan anak-anak pemukiman kumuh diangkat menjadi tema oleh Ahmad Bahrul Ulum. Foto diambil saat mereka sedang bermain. Kehidupan lain masyarakat urban, meski dilatari pemukiman kumuh, namun setiap foto mampu menangkap momen saat anak-anak sedang tertawa dan tersenyum.

Bagi yang kangen dengan jajanan tradisional, rangkaian foto jajan karya Azam Maulanan Ferari mampu membuat pengunjung menelan ludah. Lopis, grontol, gethuk dan klepon dipotret secara flatlay di studio dan ditampilkan dalam pameran. Selain itu kegiatan UKM juga dibidik untuk ditampilkan. Pembuatan tempe sanan oleh Anggraini Wulan Sari, pembuatan raket yang difotograferi oleh Michael Bryan Palit dan pembuatan dupa Dalisodo oleh Pangestu Setyo Budiman.

Suasana pembuatan topeng malangan di Kampung Topeng dipotret oleh Thermutis Paulina Renyaan. Suasana kehidupan biarawati di Pertapaan Karmel disuguhkan oleh Stefanus O.  Orlando. Sedangkan foto single, yakni satu foto yang telah sanggup bercerita, dipotret oleh Putri Novitasari dan Kaharyanto Mula.

Ketua Pelaksana, Pangestu Setyo Budiman menuturkan, tema pameran bertujuan untuk menceritakan kehidupan di sekitar. “Foto yang ditampilkan tidak hanya sekadar bagus secara teknik fotografi, namun juga harus bisa bercerita,” ujarnya.

Mahasiswa semester dua jurusan Teknik Informatika ini bercerita proses penentuan tema, konsep dan tempat pameran dilakukan pada tanggal 6 Maret 2017. Kurator yang terdiri dari dua orang senior dan satu kakak tingkat, memberi waktu bagi fotografer selama seminggu untuk hunting foto. Pengumpulan foto tanggal 14 Maret untuk kurasi pertama ternyata tidak maksimal, sehingga mereka diberikan waktu selama satu minggu lagi untuk hunting foto dan didapat 61 karya yang terdiri dari 8 story dan 6 foto single.

“Yang sulit adalah menangkap momennya. Kadang kami harus bolak-balik beberapa kali arena kendala cuaca. Namun ada pula tempat yang sudah kami kenal, tinggal datang di waktu yang pas dengan objek dan konsep kami,” ujarnya.

Tak hanya pameran, juga akan dilangsungkan diskusi yang dihadiri oleh Perhimpunan Pers Mahasiswa Kota Malang, Forum Komunikasi Fotografi Mahasiswa Malang (FORKOM)  dan para senior HMJF. (erma)