Peringati Hari Wayang, Unikama Ajak Mahasiswa Lestarikan Budaya Indonesia

UNIKAMA – Pagelaran Wayang Kulit yang di gelar Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) kemarin (06/11) berlangsung sangat meriah. Terbukti, pagelaran wayang ini berhasil menyedot antusiasme mahasiswa dan warga sekitar. Mereka sangat tertarik untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit. Inilah tujuannya Unikama mengadakan kegiatan tersebut. Selain untuk memperingati Hari Wayang Nasional juga mengajak mahasiswa untuk melestarikan salah satu budaya yang ada di Indonesia. Unikama mengundang dalang yang sudah terkenal baik Nasional maupun International yakni Ki Bagus Baghaskoro S.Sn.

“Pagelaran Wayang ini kami gelar untuk memperingati Hari Wayang Nasional yang jatuh pada 6-7 November. Kemudian juga memperingati hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-74 yang diselenggarakan kemarin lusa sampai 25 November 2019. Digelarnya kegiatan ini merupakan rasa syukur kita karena Unikama memperoleh peringkat Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Timur yang peringkatnya naik luar biasa,” ungkap Drs. H. Soedja’i selaku Ketua Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi (PPLP PT) PGRI Malang.

Unikama merupakan kampus multikultural yang sangat lekat dengan kebudayaan. “Kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan selalu kami lakukan setiap tahunnya. Terutama yang ada di Jawa Timur yang selalu kami lestarikan kearifan lokalnya. Acara ini terbuka untuk umum, mahasiswa, undangan dan pejabat setempat, terutama masyarakat yang berada di Kelurahan Bandungrejosari bisa hadir menyaksikan pagelaran wayang,” tambahnya.

Sementara itu, Dr. Pieter Sahertian, M.Si selaku Rektor Unikama sangat mengapresiasi acara pagelaran wayang seperti ini. Unikama memang sering sekali mengadakan acara bertajuk kebudayaan. Dalam kegiatan seperti ini, mahasiswa bisa menunjukkan dan memperkenalkan budaya-budaya yang ada di daerah mereka masing-masing.

“Unikama selalu mewadahi mahasiswa untuk mengembangkan bakatnya melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) terutama di bidang kesenian dan kebudayaan. Seperti sekarang ini, dalam pagelaran wayang kami memberdayakan UKM Pakadata yang diikuti mahasiswa dari berbagai daerah seperti Jawa, Kalimantan bahkan Papua,” tuturnya.

Pria berkacamata ini juga menerangkan bahwasannya di era revolusi industri 4.0 ini banyak sekali orang yang mengikuti perkembangan teknologi, tetapi lupa akan budaya yang ada disekitarnya. “Kita boleh mengikuti perkembangan teknologi. Tetapi jangan pernah melupakan atau mengabaikan budaya yang kita miliki. Kita harus tetap menjaga dan melestarikan kearifan lokal. Hal ini harus dilakukan supaya anak cucu kita tahu akan budaya yang ada di Indonesia,” tutupnya.