Unikama Sebagai Menara Air, Bukan Menara Gading

KKN

UNIKAMA – Tema yang diusung mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) yang melaksanakan program kuliah kerja nyata (KKN) adalah “Berkompetisi, Berkontribusi, dan memberi solusi dalam pemberdayaan masyarakat”.  Unikama mengirim sebanyak 1.630 mahasiswa yang akan melaksanakan program KKN periode Juli sampai Agustus 2016.

Rektor Unikama Dr. Pieter Sahaertian, M.Si. menjelaskan, arti dari tema KKN adalah memberikan apa yang sangat dibutuhkan masyarakat tempat KKN mahasiswa berada. Ia juga menyebutkan bahwa KKN ini merupakan usaha untuk memberdayakan masyarakat setempat. Hal itu agar masyarakat bisa tergerak dan berpartisipasi dalam memberdayakan diri sendiri.

Pieter, biasa dipanggil menambahkan, meskipun berada di lokasi pedesaan, para mahasiswa tidak akan pudar semangatnya. Karena ini merupakan pembangunan fisik, peningkatan potensi lokal tetap berlangsung walaupun di tengah-tengah keterbatasan.

KKN kali ini akan berlangsung di 161 desa yang tersebar di 16 kecamatan se-Malang Raya. Tentunya KKN kali berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya disebar di dua atau tiga kecamatan. Kali ini, satu desa akan ditempatkan 10 mahasiswa, dengan jumlah segitu diharapkan mahasiswanya bisa bekerja maksimal dalam meningkatkan potensi yang ada di desa, harapnya.

“Memang seharusnya semacam itu, dengan begitu peserta KKN akan sama-sama bekerja. Hal semacam ini tepat sekali, karena KKN bagian dari tri darma perguruan tinggi yang ke tiga yaitu pengabdian pada masyarakat,” tuturnya.

Unikama tidak mau disebut sebagai menara gading, yang hanya aktif di aktivitas internalnya tanpa mau peduli lingkungan sekitarnya. Tapi Unikama ingin menjadi menara air yang mengalirkan air, dimana ilmu pengatahuan yang didapat di bangku kuliah bisa dialirkan pada masyarakat.

Kemudian, melatih mahasiswa belajar bersama masyarakat untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam pembangunan. Termasuk, membantu pemberdayaan masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, mahasiswa didorong untuk mendokumentasikan kegiatan dan lingkungannya, serta melakukan program yang berkelanjutan. Dokumentasi menjadi kegiatan yang penting agar potensi sumber daya alam dan budaya Indonesia dapat dieksplorasi dengan baik, tuturnya lebih jelas. (dinog)