UNIKAMA – Dunia digital bisa menjadi harapan sekaligus ancaman. Perannya untuk kehidupan saat ini memang sangat besar. Tapi, jika tidak ada filter, maka akan sangat berbahaya. Terutama untuk para generasi milenial.
Hal itu diungkapkan Ketua pgram Studi Pendidikan guru Sekolah Dasar (Kaprodi PGSD) Universitas Kanjuruhan Malang(Unikama) Dr. Cicilia Ika Rahayu Nita, M.Pd, di sela-sela forum seminar nasional bertajuk Harmonisasi Pendidikan Karakter di Era Milenial akhir pekan lalu di auditorium kampus setempat. “Teknologi sangat bermanfaat untuk pembangunan karakter. Hanya, perlu penyikapan mendalam,” ucapnya.
Cicilia pun menyatir tiga hal yang biasanya digunakan dalam istilah tarian. Yakni, wirogo (gerak), wiromo (irama), dan wiroso (perasaan). Tiga hal ini, menurut dia, tidak bisa berjalan satu-satu alias harus beriringan. Begitu pula dalam menyikapi sebuah kemajuan teknologi. “Misalnya, Bapak dan Ibu memberikan tugas kepada anak-anak untuk men-download tugas. Tapi, Bapak-Ibu sendiri tidak mendampingi dengan penuh rasa,” ucapnya. “Lalu, tidak ada pula respons untuk membahasnya,” imbuhnya.
Jika rasa tidak dilibatkan, masih kata Cicilia, dengan kata lain orang tua maupun guru telah melakukan pembiaran terhadap anak. Padahal, akses dunia digital tidak ada batasnya. “Menggunakan HP juga harus bijak. Jangan bangun tidur yang dilihat kali pertama adalah telepon genggam. HP bukan kawan tidur,” tegasnya. “HP harus bisa menjadi fasilitas untuk menyiapkan masa depan anak-anak,” imbuhnya;
Dengan kata lain, harus bisa memposisikan kapan mengguÂnakan HP, di mana menggunakannya, dan untuk apa menggunakannya. Dalam paparannya, Uwes menyatakan, menghadapi tantangan industri 4.0 ini, masyarakat harus siap dengan literasi. Baik itu literasi data maupun teknologi. (rama)
No related posts.