Unikama – Dalam rangka Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI, Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) mengadakan workshop Penyusunan Kurikulum MBKM pada Sabtu (26/9/2020). Workshop yang diikuti seluruh Dekan, Kaprodi, team penyusun kurikulum di tingkat prodi, PPN dan team pengembang kurikulum Universitas ini dilaksanakan secara daring.
Dalam pembukaannya, Dr. H. Sudi Dul Aji, M.Si selaku Wakil Rektor 1 Unikama menerangkan bahwa workshop ini dilakukan dalam rangka menyusun kurikulum baru, karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sudah meluncurkan Program MBKM
“Dalam rangka menyusun kurikulum baru Merdeka Belajar Kampus Merdeka, maka kurikulum di Perguruan Tinggi juga akan berubah sesuai dengan apa yang diluncurkan Mas Menteri yaitu tentang MBKM” paparnya.
Atas dasar tersebut maka kurikulum di Perguruan Tinggi (PT) juga harus diubah menyesuaikan dengan kurikulum MBKM. Selain itu, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) melalui direktur Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) memberikan bantuan dalam bentuk hibah guna membantu percepatan penyusunan kurikulum tersebut.
Sesuai ketentuan dari Belmawa, bahwa setiap Perguruan Tinggi diizinkan mengirimkan proposal maksimal sebanyak 10 usulan, dan Unikama telah mengirimkan 10 proposal yang berasal dari 10 prodi dan semua proposal yang diajukan oleh Unikama telah diterima.
“Kami mengundang seluruh Dekan, Ketua Prodi dan tim penyusun kurikulum ditingkat prodi sebanyak 17 program studi serta Pusat Penjaminan Mutu (PPM) dan tim Pengembang Kurikulum Universitas untuk mengikuti workshop. Semoga dengan adanya workshop ini terbentuk kurikulum MBKM dan akan diterapkan secara penuh mulai semester genap 2020/2021” tambahnya.
Workshop ini mendatangkan pemateri Dr. Sri Suning Kusumawardani, ST., MT, dosen dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga merupakan tim pengembang kurikulum MBKM dari Belmawa. Ia menerangkan tentang bagaimana sistem pengimplementasian MBKM.
Dalam paparan materinya, Ia menjelaskan bahwa untuk mengimplementasikan program MBKM ini memang tidak mudah, perlu adanya adaptasi dan penyesuaian baik dari dosen maupun mahasiswa. Dosen juga harus menyusun kurikulum yang sesuai dengan program Mendikbud.
“Dengan program ini mahasiswa bisa memilih untuk tetap melakukan pembelajaran sejak semester 1 sampai 8 di program studinya atau memilih lintas prodi untuk memenuhi kebutuhan ilmunya. Bahkan, bisa juga mengikuti pertukaran pelajar dengan ketentuan program pertukaran pelajar ini dilakukan oleh perguruan tinggi yang sudah melakukan kerjasama, direkognisi oleh perguruan tinggi dan ditetapkan sksnya oleh perguruan tinggi,” tuturnya.
Ada catatan tersendiri untuk mahasiswa yang ingin mengambil mata kuliah lintas prodi yaitu mereka harus bisa memenuhi Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) di Prodi yang diambil. Jadi, setiap mahasiswa harus mampu untuk memenuhi CPL tersebut. Hal ini agar mahasiswa tidak salah memilih mata kuliah apa yang akan memenuhi kebutuhan ilmunya. Fokus dari program MBKM ini terletak pada capaian pembelajaran (learning outcomes).
Ia juga menambahkan beberapa tahapan implementasi MBKM mulai dari identifikasi kegiatan/program akademik yang sudah berjalan dan merancang kegiatan baru yang akan dilaksanakan.
“Rancangan ini harus sesuai dengan buku panduan implementasi MBKM dan pengembangan kurikulum. Setelah itu, prodi mengembangkan kurikulumnya dengan menjalin kerjasama dengan institusi mitra perguruan tinggi dan non perguruan tinggi. Setelah itu baru bisa mengimplementasikan program MBKM,” terangnya.
Dengan adanya workshop ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara keseluruhan terhadap dosen-dosen yang masih belum mengerti bagaimana sistem pengimplementasian MBKM yang sebenarnya. Mengacu pada apa penyesuaian kurikulumnya dan apa yang harus dilakukan dosen untuk membimbing mahasiswa dalam mengikuti program MBKM ini.
No related posts.