UNIKAMA – Bergulirnya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015, membuat semua pihak mulai mengebut persiapan agar nantinya tak kalah bersaing dengan negara-negara lain. Mengingat, persaingan di beberapa sektor seperti pengadaan barang, penyedia jasa, investasi, tenaga kerja, serta pasar modal akan berlangsung secara bebas.
Dan menyikapi bergulirnya kesepakatan yang diteken negara-negara anggota ASEAN tersebut, Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) melakukan langkah konkret. Kampus yang dikenal dengan sebutan Multicultural University itu menggelar dialog bersama pejabat pemerintahan, politisi, praktisi, serta kalangan akademisi beberapa waktu lalu.
Hadir sebagai narasumber dalam acara bertajuk Jawa Timur Berdialog 2015 tersebut, Ketua APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) sekaligus Bupati Kutai Timur Ir. H. Isran Noor, Ketua P2HP Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr. Saut P. Hutagalung, serta anggota DPD RI I Gede Pasek Suardika. Selain itu, hadir pula Dit Perundingan dan Perdagangan Jasa Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Ir. Siti Tri Joelyartini, MSB, Dirjen Kepemudaan dan Organisasi dan Kementerian Pemuda dan Olahraga Dr. Ir. Sutrija, serta pengamat ekonomi sekaligus guru besar Universitas Brawijaya Prof. Ahmad Erani Yustika. Ketua P2HP Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr. Saut P. Hutagalung mengatakan, acara dialog dengan menghadirkan tokoh berbeda latar belakang seperti ini sangat penting dilakukan. Sebab, bergulirnya MEA 2015 tidak hanya pada satu sektor saja. “Makanya itu penting sekali mendengarkan pandangan dari beberapa pakar sebagai persiapan menghadapi persaingan yang semakin berat ini,” katanya.
Mahasiswa, masih kata Hutagalung, merupakan calon-calon tenaga kerja baru yang akan terjun di semua bidang dunia usaha. Oleh karena itu, membekali mahasiswa dengan pandangan para pakar dianggap akan mampu menciptakan tenaga kerja yang terampil dan kompeten di bidangnya masing-masing. “Harus ada pergerakan menuju kemajuan dari sektor yang paling dasar. Yakni kalangan mahasiswa, karena mereka adalah penerus para seniornya saat ini,” tegasnya.
Namun demikian, sambung Hutagalung, masyarakat Indonesia tak perlu takut akan tersisih karena tak mampu bersaing dengan negara ASEAN lainnya. Sebab, potensi yang bias dikembangkan saat ini jumlahnya sangat besar. Misalnya, potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah. “Ya, kami berpikir dong, bagaimana mengelolanya dengan baik sehingga potensi sumber daya alam tersebut bisa menjadi sumber-sumber ekonomi masyarakat,” terangnya.
Seperti potensi perikanan contohnya. Saat ini pengolahan perikanan mampu mendatangkan pundi-pundi rupiah sebesar USD 5 miliar per tahun. “Padahal jika dikelola dengan baik, kekayaan yang bisa kita miliki mencapai USD 32 miliar setiap tahunnya,” ujarnya. Sementara itu, salah satu pemateri lainnya dari kalangan akademisi sekaligus praktisi yakni pengamat ekonomi sekaligus guru besar Universitas Brawijaya Prof. Ahmad Erani Yustika menjelaskan, sejak 2010 sebenarnya sudah terjadi persaingan di antara beberapa Negara ASEAN. Namun, masih banyak sektor yang harus dibenahi oleh pemerintah jika menginginkan Indonesia menjadi negara maju. Di antaranya, pemerataan pembangunan di semua wilayah tanah air.” Jangan hanya di Pulau Jawa dan Sumatera saja yang terus dikembangkan. Daerah lain juga perlu diperbaiki, seperti Kalimantan dan Papua,” ujar pria berkacamata tersebut.
Selain itu, laniutnya, juga harus ada dukungan kuat dari perbankan untuk mengembangkan para pengusaha dari tingkat kecil, menengah, hingga pengusaha besar. Kemudian, sektor ekspor-impor juga harus dipantau. Jenis barang apa yang harus diekspor dan barang apa yang harus diimpor. Selanjutnya, kondisi infrastruktur juga harus terus ditingkatkan. Mengingat kondisi infrastruktur juga akan sangat membantu bertumbuhkembangnya ekonomi suatu negara. “Jika semua sudah diperbaiki, saya yakin Indonesia akan memimpin negara-negara ASEAN lainnya,” jelasnya. (rama)
No related posts.