UNIKAMA – Mata kuliah Pendidikan Jati Diri Kanjuruhan (PJDK) menjadi karakter khas Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama). Mata kuliah yang meliputi sub materi ke-PGRI-an, multikulturalisme, dan anti korupsi wajib ditempuh seluruh mahasiswa.
Mata kuliah ini sebagai langkah untuk pembentukan karakter yang menghasilkan lulusan yang unggul dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Matakuliah ini telah memasuki desiminasi ke 3 yang berlangsung di Auditorium Multikultural, kemarin. Kegiatan yang digagas oleh dosen PJDK, Romadhon, S.Pd., M.Pd menghadirkan pembicara dari unsur mahasiswa.
“Sudah saatnya memberikan panggung untuk mahasiswa jaman now diberbagai forum ilmiah, ucap Romadhon. Apalagi yang saya ajar adalah mahasiswa semester I angkatan 2017. Ini babak permulaan untuk memberikan ruang pada mereka,” papar Romadhon.
Sementara itu, Dra. Zaenab M, M.Pd. salah satu dosen juga menekankan kekayaan akan budaya Indonesia perlu ditunjukkan ditengah persaingan global. “Hal ini, agar tak terjadi pengklaiman oleh negara tetangga seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Nah, mata kuliah ini menjadi wadah untuk merawat nilai-nilai multikultural bangsa ini,” tegas wanita yang menjabat Kepala Pusat Bahasa.
Hal senada disampaikan Suryantoro, S.Pd., M.Pd selaku koordinator Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), penampilan ragam budaya sebagai wujud eksistensi dari suatu bangsa. “Mengutip pernyataan BJ. Habibi bahwa untuk menciptakan manusia yang unggul itu melalui pembudayaan dan pendidikan. Kampus kita telah melakukan dua hal itu,” imbuhnya.
Sementara para pembicara yang notabene mahasiswa semester I ini memaparkan topik yang telah ditentukan. Sesi pertama Nuril Huda A. Mahasiswa manajemen memaparkan soal ‘Multikultural: Antara Harapan dan Kenyataan’. Ia juga menyoroti adanya diskriminasi budaya dan etnis di indonesia, sehingga butuh pengakuan identitas dari negara kita. Karena kita sudah bersumpah satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air, beber Nuril.
Selain menyoroti soal keberagaman, sesi kedua Damianus Babur Mahasiswa Peternakan memaparkan fenomena korupsi yang kerap menjadi tontonan kita semua. Andre, sapaan akrab pembicara kedua justru berpendapat pemberantasan korupsi masih sebatas angan-angan. Hal ini masih banyak kasus mega korupsi yang belum tuntas dibongkar sampai keakar-akarnya, bebernya.
Kegiatan ini diakhiri dengan nonton film pendek hasil karya mahasiswa yang merupakan tugas UAS. Ada yang membuat film tentang keberagaman (multikultural), ada pula fenomena korupsi di indonesia. Sebagai bentuk kemeriahan kegiatan ini, masing-masing kelas menampilakan tari daerah, dan lagu daerah sebagai penutup kegiatan tersebut. (CR)
No related posts.