UNIKAMA – Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) menjalin kerjasama dengan VMware. VMware juga mengumumkan kerja sama dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (aptikom).
Kerja samanya mencakup pembekalan dan peningkatan pengetahuan serta kecakapan teknis tepat guna. Tentunya dalam bidang teknologi virtualisasi dan cloud bagi mahasiswa dan staf pengajar di 99 universitas dan perguruan tinggi Indonesia, salah satunya Unikama.
“Kami mengerti seorang lulusan baru tidak bisa langsung berkontribusi langsung di industri IT. Perlu adanya penyesuaian bahkan pelatihan untuk menyiapkan seseorang siap untuk berkontribusi di industri IT. Melalui kerja sama ini, kami ingin para lulusan baru setidaknya memiliki kompetensi yang lebih baik, sehingga bisa berkontribusi langsung kepada industri,” ujar Senior Director & Country Manager VMware Indonesia, Adi Rusli.
Adi juga mengatakan, pihaknya tidak ingin kerja sama ini hanya berhenti di simbolisasi semata. Menurutnya, baik Aptikom maupun VMware sebagai perusahaan IT memiliki tanggung jawab meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Dalam kerja sama ini, VMware menghadirkan program khusus bernama VMware Academy Program. VMware akan menyediakan kurikulum kompetensi khusus yang bisa digunakan dan diterapkan di universitas dan perguruan tinggi di Indonesia.
Selain itu, VMware akan membangun pusat riset cloud khusus yang bisa digunakan oleh mahasiswa dan akademisi untuk mendukung dan memfasilitasi risetnya. Diharapkan usaha tersebut bisa melahirkan inovasi baru dari para akademisi Indonesia.
“Kami berharap para lulusan universitas dan perguruan tinggi nantinya tidak hanya hadir sebagai pengadopsi. Kami ingin para lulusan tersebut menjadi inovator yang bisa menghadirkan berbagai teknologi baru di ranah IT,” lanjut Adi.
Menurut ketua dewan penasehat Aptikom, Profesor Richardus Eko Indrajit, program kerja sama Aptikom dengan VMware sebenarnya telah berjalan, namun MoU baru ditandatangani hari ini. Kerja sama ini termasuk pengadaan fasilitas cloud untuk pembelajaran online jenjang S2 di beberapa universitas.
Richardus juga mengungkapkan beberapa kendala yang dihadapkan oleh Aptikom saat ini, yaitu tidak adanya fasilitas riset dan pembelajaran mengenai cloud computing untuk mahasiswa dan Indonesia.
“Masalahnya saat ini mahasiswa tahu apa itu cloud, tapi tidak bisa membuat sistemnya sendiri. Kenapa? Materi pembelajaran dan pengajarnya tidak ada,” ujar Richardus.
Indonesia sendiri memiliki pasar cloud yang sangat besar. Menurut data VMware, pengguna perangkat mobile yang terkoneksi ke internet di Indonesia telah mencapai 42 juta pengguna.
Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga sangat besar, dan diprediksi akan mencapai Rp. 232,4 triliun di tahun 2020. Sayangnya, sebagian besar pasar tersebut belum tergarap secara maksimal. (rmu)
No related posts.