Langkah Strategis FST Unikama Wujudkan Kampus Berdampak Melalui Kurikulum OBE

Unikama – Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) menyelenggarakan Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Penyusunan Kurikulum OBE 2025” pada Rabu (6/8/2025) di Ruang Abdoel Radjab. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh dosen FST Unikama dan menghadirkan Dr. Choirul Huda, M.Si., Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, sebagai pemateri utama. FGD ini bertujuan untuk meninjau dan merealisasikan kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE) yang selaras dengan visi baru kampus serta tuntutan SNDikti No. 53/2023.

Dalam pemaparannya, Dr. Choirul Huda, M.Si. menekankan pentingnya pergeseran paradigma dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menuju “Kampus Berdampak” yang lebih sederhana namun berorientasi pada inovasi berbasis kearifan lokal. Ia menjelaskan bahwa kurikulum OBE harus memuat capaian pembelajaran (CPL) yang mencakup literasi data, teknologi, dan manusia, serta keterampilan abad 21 seperti critical thinking dan kolaborasi. Selain itu, integrasi nilai-nilai multikultural dan kearifan lokal menjadi poin kunci untuk membangun keunikan kurikulum FST Unikama.

Prof. Dr. Duran Corebima Aloysius, M.Pd., Dekan FST Unikama, dalam sambutannya menyatakan bahwa FGD ini merupakan langkah strategis untuk memastikan kurikulum OBE 2025 tidak hanya memenuhi standar nasional tetapi juga menonjolkan identitas kampus. Beliau juga menekankan pentingnya kolaborasi antar-dosen dalam menyusun RPS yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan industri.

Dr. Choirul Huda, M.Si. (tengah) menekankan pentingnya pergeseran paradigma dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menuju “Kampus Berdampak”

“Kami ingin kurikulum ini mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten di bidang sains dan teknologi, tetapi juga memiliki karakter kuat berbasis kearifan lokal dan siap menghadapi tantangan global,” ujarnya.

FGD juga membahas tahapan penyusunan kurikulum OBE, mulai dari revisi visi-misi prodi, profil lulusan, hingga penyusunan rencana pembelajaran semester (RPS). Dosen-dosen FST diajak untuk mengevaluasi mata kuliah yang ada, dengan opsi penambahan bahan kajian terkait kearifan lokal atau penggantian nama mata kuliah agar sesuai visi baru, seperti perubahan “Edupreneurship” menjadi “Digital Ethnopreneurship”. Dr. Choirul Huda, M.Si. menegaskan bahwa perubahan kurikulum harus realistis dan tidak mengganggu kelulusan mahasiswa.

Kegiatan ini turut menyoroti peran teknologi dan kecerdasan artifisial (AI) dalam mempermudah proses penyusunan kurikulum. Peserta FGD diberi panduan untuk memastikan setiap CPL dan CPMK memenuhi kriteria spesifik, terukur, dan achievable. Revisi kurikulum diharapkan tidak radikal, tetapi tetap mampu menjawab tantangan industri 4.0 dan SDGs.