Program Pengembangan Tempe Bagong, Langkah Strategis Meningkatkan Omset Penjualan

Unikama – Tim pengabdian masyarakat dari Universitas PGRI Kanjuruhan Malang berhasil melaksanakan program pengembangan industri rumahan Tempe Bagong di Kepanjen. Program ini bertujuan untuk meningkatkan diversifikasi produk dan kualitas kemasan, guna memaksimalkan omset penjualan serta memperluas pangsa pasar. Dengan dukungan dan bimbingan dari tim ahli, pengusaha Tempe Bagong diharapkan dapat bersaing lebih baik di pasar yang semakin kompetitif.

Kegiatan ini melibatkan pelatihan intensif bagi para pengusaha tempe di Kepanjen. Fokus pelatihan meliputi pengembangan varian produk tempe, seperti tempe bungkil dan inovasi tempe dalam kemasan siap saji. Selain itu, teknik pengemasan yang lebih modern dan menarik juga diperkenalkan, termasuk pengemasan vakum dan desain kemasan yang lebih profesional, untuk meningkatkan daya tarik produk di mata konsumen.

Dr. Rusno MM. dari Program Studi Manajemen sedang menyampaikan sosialisasi program pengabdian masyarakatnya

“Pelatihan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis para pengusaha tempe, tetapi juga untuk membekali mereka dengan pengetahuan tentang strategi pemasaran yang efektif.” jelas Dr. Rusno MM.

Tim pengabdian masyarakat ini terdiri dari dosen dan mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang, yang dipimpin oleh Dr. Rusno MM. dari Program Studi Manajemen. Anggota tim lainnya termasuk Dr. Dwi Fauzia Putra, M.Pd dari Program Studi Pendidikan Geografi, dan Gaguk Susanto, S.Kom., M.Sc dari Program Studi Sistem Informasi. Program ini melibatkan langsung pengusaha lokal Tempe Bagong, yang dikelola oleh Ibu Uswatun Khasanah.

Pelatihan diadakan di lokasi produksi Tempe Bagong di Kepanjen, Kabupaten Malang, yang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil tempe dengan potensi pasar yang besar. Meskipun memiliki potensi, industri ini masih memerlukan dukungan dalam hal pengemasan dan pengembangan produk. Program pengabdian ini dimulai sejak awal Juni 2024 dan direncanakan berlangsung selama enam bulan, dengan evaluasi berkala setiap minggu.

“Dengan dukungan yang tepat dalam hal pengemasan dan pengembangan produk, diharapkan Tempe Bagong dari Kepanjen dapat lebih dikenal luas dan diminati oleh konsumen di berbagai daerah.” tambah beliau.

Hasil sementara dari program ini menunjukkan peningkatan omset penjualan hingga 30% dalam empat bulan terakhir. Kemasan yang lebih menarik berhasil menarik minat konsumen baru, baik di pasar lokal maupun online. Dengan melibatkan mahasiswa dalam program ini, diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan industri rumahan lainnya di Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan pemasaran di era digital.