Tingkatkan Value Added, Unikama Beri Pelatihan Manajemen IT dan Pemasaran Digital untuk UMKM

Unikama – Suara mesin pengaduk yang biasanya mendominasi ruang produksi UMKM Tirtha Shanum pada Senin (25/4/2025) lalu tergantikan oleh suara diskusi dan dering laptop. Di sebuah meja panjang, para pemilik usaha duduk berdampingan dengan akademisi, memandangi layar yang memvisualisasikan masa depan bisnis mereka. Ini bukan sekadar pelatihan biasa; ini adalah momen penting dalam merancang sebuah lompatan besar bagi usaha kripik kelapa asli Kepanjen.

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang digelar Tim Dosen Universitas PGRI Kanjuruhan Malang ini merupakan sebuah intervensi menyeluruh. Dipimpin oleh Dr. Riril Mardiana Firdaus, S.Pd., MM., beranggotakan Dr. Roni Alim BK., M.Pd., dan Gaguk Susanto, S.Kom., M.Sc dan didukung oleh dua mahasiswa Unikama, Yuke Miranda dari Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Evangeline Renata dari Program Studi Pendidikan Geografi ini membawa sebuah paket solusi. Mereka hadir bukan untuk sekadar memberi teori, tetapi untuk memasang fondasi sistem produksi modern dan manajemen berbasis IT langsung ke jantung operasional UMKM.

Ketua Tim PKM Unikama sedang mencoba merajang secara manual

“Program yang didanai Kemendikbudristek melalui skema hibah pengabdian masyarakat tahun 2025 ini bertujuan mengubah potensi lokal menjadi keunggulan kompetitif yang nyata di pasar.” jelas Ketua Tim PKM Unikama.

Di area produksi, pelatihan teknologi pengolahan modern memperkenalkan kontrol suhu dan pengemasan vakum yang menjamin kerenyahan dan masa simpan produk yang lebih lama. Tim juga memperkenalkan penggunaan alat perajang kelapa yang dapat mempercepat waktu produksi yang awalnya butuh 8 jam menjadi 2 jam saja.

Sementara di kantor kecilnya, pemilik UMKM kini belajar menggunakan aplikasi akuntansi sederhana untuk memantau arus kas, menggantikan buku catatan yang rawan error. Dua mahasiswa, Yuke Miranda dan Evangeline Renata, turut aktif mendampingi menerjemahkan ilmu kampus menjadi praktik yang aplikatif.

Puncak dari kegiatan ini terjadi saat sesi pemasaran digital. Konten untuk Instagram dan TikTok diproduksi secara langsung, menampilkan proses produksi yang higienis dan cerita di balik setiap kripik. Strategi tidak lagi berdasarkan intuisi semata, tetapi pada data dan analisis tren pasar.

“Pendampingan intensif ini dirancang agar semua teknologi yang diperkenalkan tidak berakhir sebagai proyek satu hari, tetapi menjadi tulang punggung operasional mereka yang berkelanjutan.” tambah kedua mahasiswa unikama tersebut.

Keberhasilan program ini tidak diukur dari sempurnanya pelaksanaan, tetapi juga dari bagaimana Tirtha Shanum kelak bisa bercerita tentang peningkatan daya saing, omzet, dan kepercayaan dirinya—sebuah bukti nyata bahwa ketika akademisi dan masyarakat bersinergi, inovasi dan teknologi bisa menjadi alat pemberdayaan yang paling ampuh.