UNIKAMA – Desa Tirtoyudo, Ampelgading dikenal dengan teh kulit kopi, Marliadi dan Ninik salah satu produsen. Teh kulit kopi yang berasal dari kulit kopi petik merah nampak laku dipasaran. Usaha kulit kopi ini cukup membantu ekonomi masyarakat desa ampelgading.
Kulit kopi yang biasanya berakhir ditempat pembuangan, namun bisa dimanfaatkan menjadi olahan teh. Tidak hanya dari segi tambahan penghasilan, akan tetapi pasangan suami istri ini juga memberikan pelatihan kepada kelompok tani tentang mengelola kopi sampai dengan kulitnya.
Pelatihan kopi sering dilaksanakan disekitar desa Ampelgading dan beberapa desa lain bersama dengan mantri tani Tirtoyudo, Wari. Bagaimana cara menanam kopi yang baik dan benar. Mengelola kopi menjadi hidangan yang menarik, hingga mencari rekan kerja seperti caffe maupun instansi yang memikirkan hasil kopi para petani.
“Mulanya, usaha kulit kopi menjadi teh ini hanya berbekal coba-coba. Namun, respon yang didapatkan ternyata banyak yang bilang rasanya enak. Maka muncullah ide untuk mengelola dan menjadikan kulit kopi sebagai usaha, ungkap pria yang memiliki dua anak ini.
Dengan seringnya memberi pelatihan semacam ini, keduanya sebagai pelaku usaha. Tidak disangka, banyak masyarakat yang sadar bahwa kulit kopi yang mulanya dilihat sebagai limbah sekarang bagai mutiara. Hal ini tidak lepas dari dukungan kelompok tani hidup makmur yang merupakan warga sekitar.
“Saya sudah 12 tahun bekerja, tiap hari ya bersihkan kebun, dan saya sangat tergantung pada kopi yang saya pelihara. Karena dari pekerjaan ini saya bisa menghidupi dan menyekolahkan anak saya,” ungkap Sunarto (38 tahun) warga desa Tirtoyudo. (alfin)
No related posts.