Kampus Multikultural, Diakui Diajang Internasional

bmonUNIKAMA – Mahasiswi Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) Suryani, berhasil mendapatkan kesempatan mengikuti Model United Nations Conference (MUNC) 2016 di Sarawak Malaysia. Kegiatan yang berlangsung lima hari ini  berpusat di Curtin University Sarawak Malaysia.

Yani sendiri merupakan delegasi satu-satunya dari Indonesia di konfersi tersebut. Dalam acara yang digelar 26 hingga 30 September lalu dihadiri sekitar 150 mahasiswa dari seluruh dunia. Diantaranya Swedia, Canada, Zimbabwe, Bangladesh, Pakistan, India, China, Vietnam, Filipina, dan Indonesia.

Mahasiswi semester lima Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Program Studi Sastra Inggris Unikama ini terpilih untuk mengikuti ajang tersebut. Yani merasa bangga dengan mengikuti ajang semacam ini, karena dari Malang hanya satu perwakilan dari Unikama.

“Di dalam Model United Nations, kami diharapkan untuk berpartisipasi secara aktif dalam berdiskusi mengenai isu-isu global yang sering di bahas di sidang-sidang PBB,” ujar Yani.

Banyak pengalaman berharga Yani dapatkan, salah satunya bertemu teman-teman barunya yang berasal dari berbagai Negara. Selain saling mengenalkan budaya negaranya, gadis kelahiran Sumbermanjing Wetan ini juga berusaha mengenalkan kampus Unikama kepada teman-temannya.

“Menariknya, mahasiswa dari Curtin University belajar menyanyikan lagu Madu dan racun, Itu semua seperti mimpi bagi saya. Berangkat dari kampus yang notabene kampus multikultural,  kampus kami diakui dalam ajang internasional sebesar itu,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Yani membawa souvenir gantungan kunci Topeng Malangan bertuliskan nama kampus Universitas Kanjuruhan Malang pada bagian belakang. “Saya berharap siapapun yang mendapatkan souvenir itu nantinya akan mengenal kampus kita. Saya yakin, gantungan kunci topeng Malangan ini unik bagi mereka, karena itu merupakan salah satu budaya di Malang,” tutur mahasiswa pendiam itu.

Model United Nations itu sendiri merupakan platform yang baik bagi generasi muda untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Terutama untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, karena bahasa Inggris merupakan pengantar resmi diajang Model United Nations tersebut.

Ditambahkan, sebagai perwakilan Negara yang memiliki powerful dimana-mana, Yani dituntut untuk berperan aktif dalam menyelesaikan kasus-kasus dunia yang melibatkan USA. USA memiliki peran penting di setiap Negara, ia harus mengambil keputusan yang sangat mendesak, karena keputusan dari Negara USA itu sangat berpengaruh bagi kehidupan banyak orang.

“Memang sulit, tapi dari situ saya benar-benar belajar banyak dan mendapatkan pengalaman yang sangat mahal,” ungkap mahasiswa Unikama ini. (yan)