Unikama – Di tengah derasnya arus globalisasi yang kerap mengikis identitas lokal, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas PGRI Kanjuruhan Malang justru mengambil peran strategis dengan menyelenggarakan EDUTALK, Jumat (21/11/2025). Bertajuk “Merawat Budaya, Memperkuat Pendidikan”, kegiatan yang digelar di Auditorium Multikultural ini bukan sekadar seminar biasa, melainkan sebuah ruang refleksi kritis tentang fondasi pendidikan Indonesia yang sejatinya tak boleh tercerabut dari akar budayanya. Acara ini hadir sebagai penyeimbang, mengingatkan bahwa kemajuan tanpa pondasi kearifan lokal bagai bangunan megah di atas tanah labil.
Gagasan besar tersebut diperkuat oleh kehadiran Asc. Profesor Neni Mariana, Ph.D., dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) sebagai narasumber utama. Dalam paparannya yang mendalam, Prof. Neni menegaskan bahwa budaya bukanlah relik masa lalu yang hanya pantas disimpan di museum, melainkan sumber nilai hidup (living values) yang dapat menyuntikan jiwa pada pendidikan. Ia menguraikan bagaimana integrasi etos kerja, nilai gotong royong, dan kearifan ekologis dari berbagai suku bangsa dapat menjadi kerangka pedagogis yang kontekstual, mengubah ruang kelas dari tempat hafalan menjadi taman penanaman karakter.

Menanggapi paparan visioner tersebut, Dekan FIP Unikama, Dr. Cicilia Ika Rahayu Nita, M.Pd., menyambut dengan antusias sekaligus kritis. Dalam tanggapannya, Dr. Cicilia menekankan bahwa konsep yang digaungkan tidak boleh berhenti pada wacana. Ia menantang segenap civitas akademika untuk menterjemahkan diskusi ini menjadi langkah operasional dalam kurikulum dan metode pengajaran.
“Tantangan terbesarnya adalah bagaimana kita merancang ‘jembatan’ yang menghubungkan teori budaya yang adiluhung dengan praktik pembelajaran di sekolah-sekolah yang nyata,” ujarnya, menekankan kebutuhan akan pendekatan yang aplikatif.
Secara implisit, EDUTALK 2025 telah membuka sebuah dialektika penting: bahwa memperkuat pendidikan nasional harus dimulai dari pengakuan dan penghormatan terhadap keragaman budaya yang dimiliki. Seminar ini berhasil menempatkan pendidikan dalam perspektif yang lebih holistik, di mana kecerdasan akademik dan kompetensi budaya harus berjalan beriringan. Dalam konteks ini, FIP Unikama tidak hanya mendidik calon guru, tetapi juga sedang membentuk agen-agen pelestari budaya yang akan mewarnai masa depan pendidikan Indonesia.
Keberhasilan memadukan “merawat budaya” dan “memperkuat pendidikan” akan diuji dalam kemampuan seluruh pemangku kepentingan untuk merancang ekosistem pendidikan yang tidak asing dengan lingkungan budayanya sendiri. Jika komitmen ini dapat diwujudkan, maka pendidikan Indonesia bukan hanya akan menciptakan manusia yang cerdas, tetapi juga manusia yang memiliki jati diri dan berakar kokoh pada tanah kelahirannya.
Related posts:
- Tingkatkan Value Added, Unikama Beri Pelatihan Manajemen IT dan Pemasaran Digital untuk UMKM
- Unikama dan UTHM Malaysia Jalin Kerja Sama Strategis untuk Perkuat Tri Dharma Lintas Negara
- Unikama Hadirkan Guru dari Barcelona dalam Kuliah Umum Internasional PGSD
- Hadapi Tantangan Abad 21, Unikama Latih Guru TK Kembangkan 8 Dimensi Karakter Pelajar Pancasila


