Dosen Unikama Tingkatkan Produksi Tempe

UNIKAMA – Tempe salah satu makanan tradisional masyarakat Indonesia. Selain harganya yang murah, tempe juga bisa didapatkan dengan mudah.

Tempe dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dengan jamur Rhizopus oligosporus. Menurut penelitian terbaru, kandungan gizi tempe disejajarkan dengan kandungan gizi yang ada pada yogurt.

Tempe merupakan sumber protein nabati. Mengandung serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Kandungan antibiotika dan antioksidan di dalamnya bisa menyembuhkan infeksi serta mencegah penyakit degeneratif.

Dalam 100 gram tempe mengandung protein 20,8 gram, lemak 8,8 gram, serat 1,4 gram, kalsium 155 miligram, fosfor 326 miligram, zat besi 4 miligram, vitamin B1 0,19 miligram, karoten 34 mikrogram.

Setiap hari Sutrisno memproduksi sebanyak 100-120 kg kedelai. Pemasaran dilakukan di sekitar Desa Sukoraharjo dan Kepanjen. Produksi tempe sangat dipengaruhi ketersediaan bahan baku (kedelai). Secara umum, permasalahan yang dihadapi pengusaha tempe di Desa Sukoraharjo adalah masalah produksi, pemasaran, dan pengelolaan usaha.

Dosen Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) melalui program pengabdian kepada masyarakat (PKM) tahun 2017 turut membantu meningkatkan produktifitas tempe. Tim PKM dosen Unikama Lilik Sri Hariani, Endah Andayani, dan Agus Priyono serta dibantu oleh empat mahasiswa melakukan pelatihan dan pendampingan untuk beberapa kegiatan.

Kegiatan yang telah dilakukan adalah melakukan pelatihan dan pendampingan untuk membuat alat perebus dan pengupas kulit kedelai dengan mendatangkan instruktur dari pihak eksternal. Pelatihan dan pendampingan untuk melakukan kerjasama dengan pemasok kedelai, pelatihan dan pendampingan membuat tempe higienis, serta pelatihan dan pendampingan dalam pemasaran tempe.

Dari kegiatan yang telah dilaksanakan secara kualitatif Sutrisno mengatakan bahwa mendapatkan pencerahan baik dalam pengadaan bahan dasar tempe yaitu kedelai. Mulai dari pembuatan alat perebus kedelai, pembuatan alat pengupas kulit kedelai, pembuatan tempe higeinis, maupun pemasaran tempe.

Secara kuantitatif dengan memiliki alat pengupas kulit kedelai sendiri (selama ini alat pengupas kulit kedelai sewa), maka produksi bisa meningkat antara 150 – 200 kg per harinya.

Kegiatan PKM seperti ini sebaiknya terus dilakukan disamping sebagai salah satu tugas tridharma perguruan tinggi juga sebagai sumbangsih akademisi kepada masyarakat sekitar. (TI)