Program IbW, Unikama Berdayakan Desa-Desa di Poncokusumo

UNIKAMA – Melalui program IbW (Iptek bagi Wilayah) dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) memberdayakan masyarakat dengan memanfaatkan potensi desa.

Selama tiga tahun, Unikama memanfaatkan dana hibah IbW sebesar Rp. 100 juta per tahun untuk mendukung upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengoptimalkan potensi yang ada di desa.

Dr. Pieter Sahertian, M.Si, sebagai ketua tim menjelaskan, program IbW diberikan oleh Kemenristekdikti bagi perguruan tinggi bermitra dengan pemerintah daerah.

“Progam ini untuk mengembangkan desa-desa yang bisa ditingkatkan segala potensinya, baik ekonomi, budaya, pariwisata, dan sebagainya,” ujar Pieter.

Salah satu lokasi pengabdiannya di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bermitra dengan Pemkab Malang, Unikama memilih Poncokusumo dan Gubugklakah, dua desa yang berada di wilayah Kecamatan Poncokusumo.

Pertimbangan dipilihnya lokasi tersebut, kata dia, didasarkan atas pertimbangan ditetapkannya Kecamatan Poncokusumo sebagai daerah penyangga wisata Kabupaten Malang. Faktanya, wisatawan kerap singgah ke Poncokusumo untuk menuju Gunung Bromo dan Semeru.

“Kami melihat ada potensi dari desa-desa di sana, termasuk masyarakatnya yang bisa ditingkatkan kesejahteraannya. Dari situ ide pemberdayaan ini muncul,” kata pria yang turut terlibat dalam program IbW di Poncokusumo.

Desa Poncokusumo dan Gubugklakah memiliki potensi pertanian, di antaranya buah apel, pisang, talas, ubi kayu, dan kentang. Potensi tersebut bisa dikembangkan dengan mengolahnya menjadi barang jadi menjadi produk olahan seperti kripik.

“Kalau dijual mentah nilainya tidak terlalu tinggi, tapi kalau diolah maka nilainya akan meningkat,” ungkapnya.

Adanya potensi nilai ekonomis ini, tim dari Unikama bersama Universitas Wisnuwardhana (Unidha) memberi pelatihan, pendampingan, serta memfasilitasi bantuan alat untuk pengolahan produk.

Tim terdiri dari 3 dosen Unikama dan 2 dosen Unidha. Mereka adalah Dr. Pieter Sahertian, M.Si, Heny Leondro, S.Pt., MP, Moh. Sulhan, ST., M.Kom., Dr. Kustiyarini, S.Pd. M.Pd, dan Dra. Shofiatul Azmi, SH., M.Pd.

Tim ini melatih masyarakat, khususnya kaum ibu, agar bisa memiliki usaha dengan memanfaatkan potensi pertanian yang ada.

Kelompok ibu-ibu ini diberikan pelatihan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi, yang siap dipasarkan. Sebelum dilatih, mereka diajak melihat langsung rumah industri serupa yang sudah berhasil dan memiliki pasar luas.

“Kami mengajak mereka melihat industri kripik buah di Kota Batu dan kripik singkong di Dampit (salah satu wilayah di Kabupaten Malang),” terangnya.

Di samping mengolah produk, ibu-ibu dilatih cara pengemasan (packaging) hingga pemasaran produk, termasuk menyiapkan sarana pemasaran secara offline maupun online. Secara offline, disiapkan ruang pajang (display) produk di rumah salah satu anggota kelompok. Dan secara online, tim menyiapkan website untuk pemasarannya.

Pieter melanjutkan, Unikama juga mendampingi kelompok dalam pengurusan nomor PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.

Selain mengolah produk, kelompok ibu-ibu ini diberi pelatihan membuat kerajinan tangan dengan memanfaatkan daun jagung atau klobot. Hasilnya cukup menggembirakan. Menurut Pieter, saat mengikuti pameran yang digelar Pemkab Malang, hasil kerajinan berbahan klobot ini cukup laris diburu pembeli.

Dia menambahkan, Unikama yang terjun bersama Universitas Wisnuwardhana (Unidha) Malang, mengarahkan kelompok sasaran pemberdayaan untuk melakukan diversifikasi produk olahan. ” Jadi tidak hanya membuat kripik origin, tapi ada aneka rasa,” imbuhnya.

Diversifikasi ini juga didukung dengan fasilitas berupa alat pengolahan produk, seperti mesin penggorengan, pengeringan dan pengirisan bahan.

Masyarakat merespon positif upaya pemberdayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Menurutnya, masyarakat berkeinginan memiliki usaha atau sumber pemasukan alternatif.

Rektor Unikama mendorong para dosen untuk terus melakukan pengabdian masyarakat, baik dari dana internal maupun dengan sumber-sumber lainnya. Dia pun berharap ada desa binaan. “Kita harapkan Poncokusumo dan desa-desa di sekitarnya menjadi binaan Unikama,” pungkasnya. (TI)